Katanya wanita "sehat" perlu bicara 2000 kata perhari. Haha! sepertinya tiap harinya gw gak pernah deh ngomong sebegitu banyaknya. Baiklah, gaw harus mengeluarkan kata-kata itu, demi jiwa yang sehat *smile*.
Sudah hampir setahun gw mengemban amanah menjadi seorang Ibu (muda) dan juga sebagai istri. Hampir dua tahun pula, banyak banget yang udah berubah dalam hidup gw. Kadang perlu hati yang lapang untuk menjalani perubahan-perubahan itu dan yang paling penting sih hati yang selalu bersyukur.
Salah satu yang berubah adalah dunia pertemanan. I dont know, whether every married women has this feeling, same with me.
Sebagai seorang yang intorvert, ya! sepertinya gw termasuk tipe intorvert untuk mengembalikan energi gw dengan pergi sendiri setelah (capek) ketemu banyak orang, untuk haha hihi atau basa basi, ya walaupun hanya pergi tidur doang. Gw senang membuat pertemanan, tapi hanya beberapa yang menjadi teman intim, hanya nyaman dengan beberapa teman yang bisa gw curhatin dari A sampe Z, berjam-jam, bahkan cerita itu-itu lagi tanpa bosan. Setelah menikah, tentunya kebiasaan curhat dan cerita gak bisa sama lagi dong! kenapa gw bilang gak bisa, karena di agama gw, pernikahan memberikan keistimewaan bagi wanita untuk menjaga sikap dan ucapannya. Gak bisa lagi tuh sembarang galau sana sini, cerita sana sini, gimanapun dulu gw dekat dengan teman atau sahabat, apalagi sahabat cowo. Kan!
Beruntungnya pun gw memiliki teman-teman yang soleh :) yang mungkin punya persepsi yang sama tentang pernikahan dan tentang wanita yang telah memiliki suami.
Sedikit kehilangan sih! gw kadang kangen cerita sama sahabat, kangen jalan-jalan juga sama mereka, ingin me time pergi dengan sahabat-sahabat. Time by time sepertinya ada jarak, jadinya ada gap deh anatara dunia single dan yang sudah menikah. Gw sering banget menerima statement "Gak enak lah sama suami kamu", "Sekarang kan kamu ada yang perlu diurus, takut ganggu ah!" "Ini cuma obrolah gadis-gadis, gak penting kok"
uuhh... gak seru banget dong mereka! kok gw gak melihat itu pada teman yang lain yang juga sudah menikah sementara teman-temannya masih single? haha mulai deh overthingking!
Tapi itulah yang gw rasakan, apakah pertemanan bisa dipisahkan oleh perubahan status ya?. Apakah wanita menikah jadi gak asik, jadi gak bisa ngonongin hal-hal sampah lagi, ngomongin seputaran dunia gadis? hahaha overthingking lagi.
Lalu... gw pun menjadi IBU! dunia makin berbeda. Gw merasa gap itu semakin besar, kini dunia gadis dan Ibu. Huft! Gw dianggap tambah sibuk dengan urusan gw dengan si Anak plus Rumah Tangga.
Here the fact, gw jadi krisis pertemanan. Gak enak banget rasanya "ditinggal".
Fakta lainnya, gw menikah dengan lelaki yang 8 tahun lebih tua. gw lebih sering ikut pertemanan dia dibanding sebaliknya, jadi rata-rata circle gw adalah mereka yang lebih berpengalaman dalam pernikahan, parenting dan kehidupan. haha kadang roaming sih, seriously mereka kalau udah ngobrlin politik, agama, dll itu deep, tipe anak ITB tua dan yaaa se-level usia mereka lah. Tapi setelah diikuti malah bisa jadi leih pinter.
People said that life is about choice. Ya bener! kini prioritas gw adalah keluarga dan anak. Di kantor, saat istirahat makan siang, gw memilih pulang ke rumah, nengok anak dan pulang se-tenggo mungkin, demi gak kehilangan banyak momen sama Anak dan demi kebutuhan suami, cepat gw penuhi.
dan puuunnn, gw agak berat jika ada ajakan main atau nongkrong selepas pulag kerja, karena...anak dong! Jadi Intinya, gw tuh Ibu-ibu yang masih pengen main, hangout, hepi-hepi, tapi giliran udah main, langsung baper karena ninggalin dan kangen anak, Nah gimana dong?!
Pernah ada yang bilang, mungkin nanti semua akan sama, saat semua jadi istri-istri dan emak-emak, kita akan sama lagi.
Wont, we?
Hai Istri dan Ibu, apakah begitu?
Annisa